Kamar bagi penulis bukan hanya tempat untuk tidur atau beristirhat dari berbagai aktivitas fisik. Kamar juga menjadi tempat beristirahat bagi berbagai aktivitas pikiran setelah lelah menata, membuat dan menyusun "singgasana" kehidupan. Duduk dan menatap langit dari jendela adalah brainstorming yang efektif untuk memikiran hari esok, bulan atau tahun depan. Dilahirkan tanpa privilege memberikan tantangan tersendiri bagi setiap orang. Melihat keadaan saat ini yang stagnan, perlu seyogyanya seseorang serius untuk bagaimana bisa survival agar dapat mengarungi hidup yang lebih baik. Terkadang untuk menemukan ide atau gagasan, kita akan melihat dari orang lain, tentang apa yang sudah dicapai, bagaimana cara menggapainya dan bagaimana prosesnya hingga ia sampai di fase sekarang. Seperti itulah cara penulis untuk memotivasi diri sendiri, artinya nilai hidup dan momentumnya bisa diperoleh dari seorang figur yang kemudian dapat menuntun kita untuk menggapai hidup yang ideal...
Cinta adalah sebuah perasaan yang begitu kompleks. Ketika kita berbicara tentang cinta, kita harus bersiap menerima dua hal yang saling berkaitan: bahagia dan luka. Kedua aspek ini seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan, keduanya saling melengkapi dan memberi makna bagi satu sama lain. Bahagia dan luka adalah bagian dari cinta, dan tak satupun bisa benar-benar ada tanpa yang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemukan dualisme seperti sedih-bahagia, susah-senang, serta pahit-manis. Semua ini adalah siklus alami dalam hidup yang memberi warna dan makna pada perjalanan kita. Begitu pula dengan cinta, yang tidak hanya tentang kebahagiaan yang manis, tetapi juga tentang luka yang kadang terasa begitu dalam. Luka ini, meski menyakitkan, mengandung makna dan pelajaran yang mendalam. Ada sesuatu yang unik dalam cinta yang membuat kebahagiaan dan luka ini memiliki kekuatan magis. Kebahagiaan dalam cinta memberikan kita sayap untuk terbang, sementara luka memberi kita akar...