Kamar bagi penulis bukan hanya tempat untuk tidur atau beristirhat dari berbagai aktivitas fisik. Kamar juga menjadi tempat beristirahat bagi berbagai aktivitas pikiran setelah lelah menata, membuat dan menyusun "singgasana" kehidupan. Duduk dan menatap langit dari jendela adalah brainstorming yang efektif untuk memikiran hari esok, bulan atau tahun depan.
Dilahirkan tanpa privilege memberikan tantangan tersendiri bagi setiap orang. Melihat keadaan saat ini yang stagnan, perlu seyogyanya seseorang serius untuk bagaimana bisa survival agar dapat mengarungi hidup yang lebih baik. Terkadang untuk menemukan ide atau gagasan, kita akan melihat dari orang lain, tentang apa yang sudah dicapai, bagaimana cara menggapainya dan bagaimana prosesnya hingga ia sampai di fase sekarang. Seperti itulah cara penulis untuk memotivasi diri sendiri, artinya nilai hidup dan momentumnya bisa diperoleh dari seorang figur yang kemudian dapat menuntun kita untuk menggapai hidup yang ideal, sesuai apa yang kita impikan.
Kamar menjadi ruang pribadi yang sering kali dipenuhi dengan berbagai pikiran dan rencana. Tulisan ini misalnya, berawal dari ide yang ditemukan penulis saat meminum teh hangat selepas isya ketika berada di kamar. Selain itu, sebagian tulisan lain, idenya muncul di tempat yang sama. Di balik pintu tertutup, penulis sering kali merasa menemukan tempat terbaik untuk merenung dan memetakan arah kehidupan. Menatap keluar jendela adalah brainstorming, dimana bukan sekadar melihat dunia, melainkan melihat jauh ke dalam diri sendiri dan menyiapkan strategi untuk masa depan. Bagi penulis, kamar adalah taman tempat ide, angan, dan cita-cita tumbuh dan bermekaran.
Dalam segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa dunia tak selalu memberikan keistimewaan bagi semua orang. Ketiadaan privilege memaksa seseorang untuk mencari jalan keluar dengan usaha keras dan kreativitas. Dari kamar berukuran 3x4 ini, penulis banyak belajar bahwa untuk bertahan hidup dan meraih keberhasilan, kita perlu untuk memahami proses orang lain yang telah lebih dahulu mencapai puncak. Bagaimana mereka berjuang, mengalami kegagalan, dan akhirnya berdiri kokoh dengan prestasi yang membanggakan.
Bagi penulis, kamar bukan hanya tempat untuk merefleksikan kesuksesan orang lain. Kamar adalah tempat di mana penulis membangun kembali semangat diri sendiri. Kadang, dalam kesunyian dan keheningan itulah penulis menemukan ide, muncul berbondong-bondong. Semoga pembaca dapat memperoleh nilai dari tulisan singkat ini. Terimakasih...
Komentar
Posting Komentar