Oleh: Suyatno
Saya termasuk orang yang antusias terhadap program magang. Setelah memasuki semester akhir, saya bermaksud mencari pengalaman baru dengan magang sebagai praktik dari keilmuan yang ditekuni di perkuliahan. Magang adalah salah satu kegiatan yang bertujuan untuk melatih dan mengenalkan dunia kerja atas jurusan kuliah yang diambil seorang mahasiswa. Saya sendiri mengambil jurusan hukum keluarga Islam, di mana jurusan kuliah ini mempelajari dan mengkaji hukum perdata dan hukum perdata Islam.
Magang yang saya ikuti merupakan magang yang bersifat mandiri. Artinya bukan program kampus, melainkan keinginan pribadi saya sendiri. Saya magang di biro hukum disebuah CV yang ada di kota Blitar. Badan usaha ini bergerak di bidang properti dan agensi. Selama magang saya mengikuti advokat yang menjadi biro hukum disana. Saya hanya diberikan jobdesk untuk mengikuti sidang di pengadilan agama dan pengadilan negeri Blitar. Sebelumnya memang beliau selain menangani akibat hukum transaksi yang ada di dalam CV ia juga aktif sebagai advokat dan menangani berbagai perkara hukum.
Satu hari, saya dihubungi beliau mengikuti agenda mencari bukti permulaan perkara cerai di suatu wilayah. Namun karena ada urusan di kota Malang. Akhirnya beliau tidak bisa melaksanakan agenda tersebut dan agenda tersebut ditunda besok. Paginya setelah menghubungi beliau, saya pun berangkat menuju kantor CV sebagai titik berkumpul. Saya menunggu kurang lebih 30 menit untuk bertemu dengan beliau. Setelah saya bertemu, beliau kemudian terlihat merapihkan dan menyiapkan beberapa berkas.
Selepas itu, beliau tiba-tiba menyampaikan pesan kepada saya bahwa hari ini tidak ada sidang. Sontak kalimat tersebut membuat saya kebingungan karena kegiatan magang saya hanya mengikuti beliau sidang di pengadilan. Selebihnya saya tidak melakukan apa-apa. Kemudian saya pun bertanya soal agenda mencari bukti permulaan perkara cerai yang ditunda kemarin. Ternyata agenda tersebut sudah diselesaikannya sendiri. Lalu seolah baik-baik saja beliau pamit meninggalkan saya karena harus mengisi absensi di sebuah tempat. Sedangkan saya diminta untuk menunggu di kantor.
Masih diselimuti rasa bingung dan sedikit kesal. Saya dan satu orang kawan pun memutuskan untuk pulang ke kosan karena merasa sungkan apabila berdiam di kantor dan tidak melakukan pekerjaan apapun tetapi selalu disuguhkan jajanan dan cemilan. Sepanjang perjalanan kami pun terus membicarakan sikap yang ditunjukkan advokat tersebut. Ada dua alasan yang saya garis bawahi; pertama, agenda yang kemarin ditunda tiba-tiba diselesaikan sendiri sementara anak-anak magang tidak dilibatkan. Kedua; jika memang tidak ada sidang kenapa kami harus dipanggil di kantor. Karena memang jika tidak ada jadwal sidang kami tidak ada pekerjaan yang bisa dilakukan di kantor selain duduk manis.
Selama berkendara di jalan kami pun terus bergumam atas peristiwa tersebut. Tentunya kami kesal karena merasa di PHP (pemberi harapan palsu). Dalam arti kami sangat berantusias mengikuti magang ini dengan tujuan bisa terlibat langsung dalam seluruh kegiatan yang ada di biro hukum. Akhirnya untuk mengobati perasaan kesal tersebut kami memutuskan untuk membeli Cilot, yakni sebuah jajanan yang cukup familiar di masyarakat kota Blitar. Kami sendiri pun baru mendengar nama jajanan tersebut. Cilot ini direkomendasikan oleh salah satu teman kami yang bertempat tinggal di Blitar.
Akhirnya kami membeli Cilot di depan SMAN 1 Blitar. Ternyata Cilot adalah jajanan semacam pentol yang dibumbui dengan saus kacang. Secara tampilan dan rasa memang mirip dengan pentol. Namun karena namanya yang unik membuat sebagian orang seperti kami penasaran dengan jajanan satu ini. Kami membeli Cilot seharga lima ribu rupiah dengan rasa pedas dan sedang. Kemudian setelah itu, kami pulang ke kosan untuk menyantap Cilot yang sudah dibeli. Rasanya sungguh menggugah lidah dan mampu sedikit meredam perasaan kesal.
Setelah puas dengan Cilot, kami disusul satu orang teman. Setelah bercerita atas kejadian tersebut kami pun memutuskan untuk pergi ke makam Bung Karno. Hal ini bertujuan untuk mengisi kegiatan hari itu. Di makam Bung Karno kami masuk ke museum dan melihat berbagai kisah perjuangan Bung Karno bersama para pejuang dan masyarakat memerdekakan negeri ini. Kemudian dilanjutkan berkunjung ke perpustakaan nasional dan membaca beberapa buku. Terakhir kami menziarahi makam Bung Karno dan pulang ke kos.
Sekian dan terima gaji...
Komentar
Posting Komentar