Langsung ke konten utama

November dan Rekonstruksi Rasa

Bagi si Pemuda Kecil bulan november bukan hanya sekedar bulan terakhir musim gugur. Baginya bulan november adalah bulan dimana terjadi olah TKP di dalam lubuk hatinya. Menguak misteri yang tidak kunjung selesai, mencari alasan suatu tindakan, dan melakukan reka adegan. Semua itu dilakukan bukan untuk mencari tahu siapa pelakunya. Tapi mencari hikmah yang dapat dipetik dari kejadian itu. Beberapa bulan lalu Pemuda Kecil pernah mengirimkan pesan singkat kepada Sang Putri. Pesan itu berisi sebuah senyum yang begitu tulus. Dia berharap Sang Putri bisa membalas pesannya itu. Tapi malang nasibnya, Sang Putri terlalu sibuk menjaga kayangan. Sehingga tidak ada waktu hanya sekedar melihat pesan dari Pemuda itu. 

Beberapa minggu terakhir si Pemuda Kecil tidurnya tidak pernah pulas. Dia selalu melihat pesannya kepada Sang Putri. Dalam hatinya dia berkata " Tuhan berilah aku kesempatan untuk bisa bertemu dengan Sang Putri kembali. Jika memang itu tidak mungkin bagi ku maka izinkanlah aku melihat wajahnya sekali lagi ". Dua bulan telah berlalu. Si Pemuda Kecil melewati hari-hari seperti biasa dengan kantung mata yang besar akibat kurang tidur. Dia selalu mengingat dan memikirkan pesannya kepada Sang Putri dua bulan lalu. Pemuda Kecil sangat penasaran terhadap reaksi Sang Putri saat melihat pesannya. 

Sebelum Pemuda Kecil dan Sang Putri berpisah. Mereka sempat mempunyai waktu bersama ketika menghadiri undangan jamuan makan di sebuah dusun kecil. Tapi itu sudah hampir setengah tahun yang lalu. Pemuda Kecil dan Sang Putri terlihat sangat menikmati waktunya saat itu. Mungkin inilah awal si Pemuda Kecil menyukai Sang Putri kembali sampai selalu mengirimkan pesan walaupun kemungkinannya sangat kecil untuk di balas. Mereka terlihat saling sibuk dengan urusan masing-masing saat tidak bersama. Tapi keadaan itu berbeda seratus delapan puluh derajat ketika mereka bertemu. Baik Pemuda Kecil dan Sang Putri mereka seperti seorang pasangan yang habis pulang liburan bersama. Keduanya saling melengkapi dan menutupi kekurangan masing-masing. Sampai pada akhirnya kisah indah itu berubah saat mereka berdua dipisahkan oleh keadaan. 

Karena keinginannya yang kuat untuk bisa bertemu Sang Putri. Pemuda Kecil pernah hampir bertengkar dengan keadaan. Dia selalu berpikir bagaimana caranya bisa tetap berkomunikasi dengan Sang Putri. Akhirnya dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Pemuda Kecil terpaksa melakukan telepati kepada Sang Putri. Telepati, telekomunikasi lewat perantara hati. Namun hal tersebut gagal dan tidak dapat menghubungkan Pemuda Kecil dengan Sang Putri. Jaraknya yang begitu jauh tidak memungkinkan hatinya dapat terhubung dengan Sang Putri. Bukan hanya jarak yang jauh yang menjadi kendala. Tapi perasaan yang jauh juga ada sebagai masalah. Dan pada waktunya mereka tidak dapat berkomunikasi lagi. 

Sudah hampir tiga bulan Pemuda Kecil hidup tanpa suara dan kehadiran sosok Sang Putri. Susah tidur yang sering dia alami kini lambat laut mulai hilang. Hatinya membias dalam keheningan. Jiwanya larut dalam panjangnya waktu. Pemuda Kecil sudah tidak lagi memiliki semangat untuk dapat berjumpa dengan Sang Putri. Keinginan untuk bisa bertemu dengan Sang Putri terpaksa dia kubur hidup-hidup di dalam lorong waktu. Dan walaupun sudah terkubur, keinginan itu malah hidup dalam hati kecilnya. Kini hati dan pikiran Pemuda Kecil bersih dari puing-puing ingatan bersama Sang Putri. Ingatan yang pernah terlahir bersama Sang Putri sudah hilang terbawa oleh angin. Dan Pemuda Kecil memilih untuk hidup bersama realita yang mendewasakannya. Pemuda Kecil telah diasuh oleh keadaan dan dibesarkan oleh realita yang cukup pahit. 

Disisi lain Sang Putri kerap kali teringat dengan Pemuda Kecil. Ternyata diam-diam dia mengamati Pemuda Kecil dari kejauhan. Selama ini dia mengetahui dan membaca pesan yang dikirimkan Pemuda Kecil. Sang Putri hanya membacanya saja di sela-sela kesibukannya sebagai seorang Putri. Tanpa ada keniatan membalas pesan tersebut. Ternyata Sang Putri menginginkan Pemuda Kecil berubah. Dia menganggap bahwa selama ini Pemuda Kecil hanya memanfatkannya. Sang Putri ingin Pemuda Kecil dapat menyadari kesalahannya. Memperbaiki diri dan kemudian berubah menjadi pemuda yang lebih baik. Dia menginginkan agar mereka berdua bisa fokus mengurus hidupnya masing-masing. Sampai pada Tuhan memperlihatkan jalan untuk bertemu. Sehingga Sang Putri sengaja mengurung diri dari Pemuda Kecil. 

Menjadi seorang Putri adalah suatu kebahagiaan sekaligus juga beban. Dia harus bisa menyelesaikan tugas-tugas sebagai seorang putri untuk bisa menghidupkan harapan orang tuanya. Banyak sekali harapan, doa, keinginan yang dibebankan kepadanya. Sehingga Sang Putri berusaha keras untuk bisa mewujudkan semua itu. Sang Putri bukanlah wanita yang lemah. Pahit manis hidup telah dirasanya setelah tidak lagi serumah dengan orang tuanya. Ibunya begitu tegas dalam mendidiknya sedangkan ayah seperti sosok manusia yang berhati malaikat. Sang Putri selalu dihadapkan dengan situasi yang sulit. Begitu rasanya sampai Sang Putri hampir putus asa. Bukan hanya itu Sang Putri juga kerap bertemu dengan para gerombolan Srigala yang selalu mengancam keselamatan hatinya. 

Andai mereka bisa bertemu dan saling memahami satu sama lain. Mungkin mereka sudah menjadi pasangan yang serasi. Antara Pemuda Kecil dan Sang Putri, mereka sama-sama dibesarkan dan diasuh dalam keadaan yang sulit. Ibunya sama-sama tegas dan galak, ayahnya manusia berhati malaikat. Sama-sama memiliki beban dan tanggung jawab yang besar. Namun sampai saat ini mereka berdua masih terlalu sibuk untuk bisa saling memahami. Keduanya memiliki kekurangan dan kelebihan yang hampir sama. Tapi sayangnya mereka belum bisa bertemu dan saling memahami. Tetapi pada intinya Pemuda Kecil dan Sang Putri adalah orang-orang yang baik. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perempuan dan Perhiasan Terindah Dunia

Perempuan diciptakan oleh Allah SWT memiliki andil dalam dinamika kehidupan. Peran yang tidak bisa hilang dari seorang perempuan adalah sosok keibuan. Perempuan yang baik adalah yang bisa menjadi madrasatul ula bagi anak-anaknya. Artinya seorang ibu yang mendidik anaknya dengan cara yang baik, didukung dengan ketenangan, dan kesabaran. Akan menumbuhkan anak anak yang sholeh dan sholeha.  Perempuan tidak hanya dipandang sebatas fungsi biologis nya. Lebih jauh, akan melekat padanya cinta yang suci, kecantikan, kelembutan, dan keindahan yang menawan. Apabila seorang laki-laki hanya terpikat dengan wanita pada aspek wujud jasad semata, ia tidak akan mampu meningkatkan persepsinya kepada taraf yang lebih mulia.  Hubungan antara laki-laki dan perempuan adalah hubungan yang agung dan mulia. Seperti yang tertuang dalam firman Allah Q.S Ar-rum ayat 21 yang artinya; "Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untuk mu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cende...

Saat Kita Menjadi Mahasiswa Bimbingan Ibu Dr. Zulfatun Ni'mah, M.Hum

Senang sekali kita bertemu melalui tulisan ini. Menjadi seorang mahasiswa tidak akan lepas dengan tugas akhir atau skripsi. Saya adalah mahasiswa semester delapan yang sudah tentu tengah berkecimpung dalam proses pembuatan skripsi. Berbicara soal proses pembuatan skripsi tentu saya dan pembaca paham. Jika mengerjakan skripsi pasti memiliki dosen pembimbing.  Perkenalkan Ibu Dr. Zulfatun Ni'mah, M.Hum atau yang akrab dipanggil Bu Zulfa merupakan dosen pembimbing saya. Beliau adalah dosen mata kuliah sosiologi hukum, begitu lah saat saya pertama kali bertemu di kelas sebagai murid dan dosen. Bu Zulfa dikenal sebagai dosen yang perfeksionis dan tegas. Ada sebuah kejadian dimana ketika beliau tengah menjelaskan materi di kelas. Salah satu mahasiswa terlihat asyik memainkan handphone tanpa memperhatikan apa yang di sampaikan Bu Zulfa. Dengan tegas Bu Zulfa menegerus dan memperingati nya dengan keras, dan mengatakan untuk menaati peraturan dan kontrak belajar yang telah disepakati. Jika ...

Catatan Akhir Dari Skripsi

Oleh : Suyatno  Memasuki BAB V dalam penyusunan skripsi menjadi puncak kebahagiaan tersendiri bagiku. Sebelumnya, aku bergelut dengan data informan di BAB IV, bertemu dengan para dosen perempuan yang menjadi informan, serta melakukan observasi dan dokumentasi di kampus. Saat mulai mengkaji data dari BAB IV di BAB V, aku merasa senang karena membayangkan skripsiku akan segera selesai. Dalam BAB V ini, aku menulis temuan penelitian menggunakan perspektif gender. Sangat menyenangkan karena aku banyak belajar soal pengelolaan rumah tangga, mulai dari relasi suami-isteri, tugas dan pekerjaan rumah tangga, hingga pengasuhan anak pada keluarga perempuan karir. Setelah BAB V disetujui oleh dosen pembimbing, aku langsung "tancap gas" untuk menyelesaikan BAB VI, yakni kesimpulan dari skripsi. Tanpa harus merevisi terlalu banyak, skripsiku dinyatakan selesai oleh dosen pembimbing, dan aku diarahkan untuk segera melengkapi dokumen skripsi seperti surat persetujuan pembimbing,...