Produsen Tape Wonojoyo
Hampir setiap hari semenjak proker (program kerja) anjangsana UMKM berjalan, saya dan teman teman posko KKN Desa Wonojoyo kenyang dengan suguhan tape singkong. Setiap kali anjangsa ke produsen tape, tidak sedikit dari mereka memberikan produk tapenya kepada kami, “ini untuk jajan teman teman di posko”, ujarnya. Ada keunikan yang saya temukan setelah mencicipi beberapa tape singkong dari berbagai produsen, diantaranya dari segi tekstur dan rasa tape. Setiap olahan tape dari setiap pelaku usaha pasti memiliki ciri khas yang berbeda-beda, ada tape yang memiliki tekstur empuk, pulen, sedikit lembek, dan tidak terlalu berair serta rasanya yang dominan manis dan sedikit hangat ditenggorokan saat dimakan. Disisi lain saya melihat dari segi kemasan produsen tape desa Wonojoyo terbagi menjadi dua kelomppok, yaitu menggunakan besek atau dibungkus plastik. Seperti yang kita ketahui besek merupakan .tempat atau wadah makanan yang berbentuk kotak dan terbuat dari bambu yang dianyam. Produsen tape biasanya melapisi bagian dalam besek dengan daun pisang, dari beberapa pengakuan produsen tape mereka memilih besek karena akan mempermudah proses fermentasi singkong. Selain itu besek dipilih karena lebih ramah lingkungan dan mengandung nilai budaya. Sementara sebagian produsen tape lainya menggunakan plastik untuk mengemas tape, mereka beralasan plastik dipilih karena harganya lebih murah ketimbang besek yang berkisar dua ribu rupiah per buah.
Sentra Tape Wonojoyo
Desa wonojoyo memiliki enam dusun yang mana disetiap dusunnya memiliki produk UMKM yang beraneka ragam mulai dari makanan, minuman, dan kerajinan tangan. Krajan Lor adalah salah satu dusun yang terkenal dengan sebagai sentra tape desa Wonojoyo. Hal ini terbukti ketika saya melakukan pendataan pelaku usaha di dusun tersebut, tepatnya di RT 02 RW 02 banyak masyarakatnya memproduksi tape singkong. Dari pengakuan beberapa pelaku usaha, tape singkong yang sudah matang dijual ke beberapa pasar terdekat diantaranya pasar setono Betek, pasar Pare, dan pasar Wonorejo. Oleh karenanya, proses pembuatan tape mulai dari perebusan singkong sampai pemberian ragi dilakukan sore hari sekitar pukul 15.00 WIB mengingat aktivitas pasar selalu ramai di pagi hari. Jika kita melihat lebih luas lagi, sebetulnya ada dua dusun di desa Wonojoyo yang terkenal dengan produsen tapenya. Salah duanya adalah Dusun Ndrangin. Pada dusun Dragin jika diukur dari segi banyaknya produsen tape, maka tidak lebih banyak dari dusun Krajan Lor. Namun jangan salah produsen tape di dusun Ndrangin menjadi salah satu kategori penghasil tape terbesar di desa Wonojoyo. Berdasarkan pengakuan Pak Sukarbi selaku Kasun Ndrangin menuturkan bahwa dalam sekali produksi bisa menghabiskan satu sampai tiga ton singong. Dari keterangannya beliau juga mengatakan ada tiga produsen tape yang usahanya sudah besar, pemasarannya pun sudah sampai ke luar kota.
Paguyuban Produsen Tape
Melihat potensi UMKM yang begitu besar ditambah infrastruktur desa Wonojoyo yang bagus. Maka muncul ide atau gagasan dari teman teman KKN Wonojoyo untuk bagaimana mengenalkan produk UMKM lokal bisa kepada masyarakat luas. Pada minggu pertama ketika anjangsa ke pemerintah desa Wonojoyo, saya bersama teman teman banyak sekali memperoleh masukan dan saran dari Kepala Desa dan Sekretarisnya terkait pemasaran produk lokal Wonojoyo. Singkatnya pemerintah desa Wonojoyo menginginkan agar nantinya teman teman KKN bisa membantu proses pemasaran para produsen tape. Maka dari sinilah kami mengusulkan untuk membentuk sebuah paguyuban pelaku usaha yang berfokus pada produk lokal yakni tape singkong. Rencananya paguyuban ini akan diberi nama KOPTA (Komunitas Produsen Tape). Dengan adanya paguyuban ini diharapkan nantinya produsen tape desa Wonojoyo baik yang masih berkembang atau yang usahanya sudah maju bisa saling membantu dan mendukung satu sama lain. Tidak sampai disitu paguyuban ini nantinya bisa menjadi wadah untuk memberikan informasi terkait misalnya ada agenda kegiatan bazar UMKM yang kerap diadakan oleh pemerintah kecamatan atau bahkan bisa mengikuti klinik UMKM yang dikelola oleh Dinas Koperasi Kabupaten Kediri.
Peluang Emas Produsen Tape dan Kendalanya
Pada intinya saya dan teman teman KKN Wonojoyo ingin membantu produsen tape agar produknya dapat lebih eksis ditengah tengah masyarakat. Untuk mewujudkan mimpi tersebut kami bekerja sama dengan Dinkop Kabupaten Kediri agar tape singkong Wonojoyo dapat masuk ke market yang lebih besar. Bu Lisa selaku perwakilan dari Dinkop akan senang hati membantu syarat dan ketentuan serta mekanisme untuk memasukan produk lokal tape ke klinik UMKM kabupaten Kediri. Beliau menuturkan bahwa syarat yang harus ada agar produk UMKM bisa terpampang di Klinik UMKM diantaranya Nomor Induk Berusaha (NIB), tergabung dalam suatu paguyuban, dan memiliki tempat atau sentra pembuatan produk. Namun mimpi ini nampaknya masih buram, hal ini karena beberapa produsen tape di desa Wonojoyo belum mau untuk berinovasi dan melangkah menghantarkan produknya ke market yang lebih besar. Selain itu adanya paguyuban sebagai salah satu syarat mengikuti Klinik UMKM masih terkendala dengan kepengurusan yang belum terbentuk dan SK yang belum turun. Ditambah selain hal tersebut, sampai hari ini saya dan teman teman belum menemukan produsen tape yang berminat dan serius mengikuti program ini. Keterangan yang saya dapat dari Sekretaris Desa pun tidak jauh berbeda, saat program ini saya sampaikan ke beliau, pemerintah memang mengakui bahwa para produsen tape di desa Wonojoyo masih belum tertarik dengan program-program semacam ini. Mereka merasa sudah nyaman dengan hanya memiliki NIB dan P-IRT padahal dua dokumen ini memiliki fungsi yang lebih luas ketimbang sebatas dokumen legalitas usaha.
Komentar
Posting Komentar