Setiap orang muda pasti akan teringat cinta pertamanya. Dan akan berusaha menangkap kenangan indah pada hari-hari yang asing itu. Kenangan yang mengubah perasaan direlung hatinya, dibalik segala kepahitan misteri nya. Didalam hidup setiap orang muda pasti ada seorang selma yang tiba-tiba muncul dihari hari musim semi hidupnya. Dan mengubah kesendirian menjadi saat-saat bahagia. Cinta pertama adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan kepada setiap insan muda.
Cinta pertama telah memberikan banyak pelajaran hidup yang begitu berarti. Cinta menunjukkan bahwa dirinya memang indah dan fitrah. Kalau dalam disiplin ilmu cinta adalah sebuah pengantar yang wajib dipahami oleh setiap orang. Mari kita melihat realita yang ada dari beberapa kisah asmara seseorang. Ada yang begitu mendapatkan cinta pertamanya. Mereka langsung klik(nyambung), berjodoh dan sampai berumah tangga hingga mempunyai keturunan. Namun ada juga yang cinta pertamanya kandas ditengah jalan. Inilah yang tengah saya alami sekarang, cinta yang begitu indah kini runtuh disapu oleh ombak. Walaupun begitu saya meyakini betul jika memang sudah diciptakan oleh Allah dia adalah untuk mu maka pasti tidak akan luput darimu. Sebaliknya jikaalau lepas dari kita berarti dia tidak diciptakan untuk kita. Semudah itu...
Sebagai makhluk yang beragama ketika menghadapi situasi seperti ini jalan terbaik adalah berdo'a kepada-Nya. Pada fase ini seseorang bisa dikatakan telah mencapai puncaknya cinta. Mengapa dikatakan demikian? Tentu saja pada kondisi seperti ini seseorang tidak lagi saling bertemu, tidak lagi berjumpa tetapi saling mendoakan. Kalau orang bicara Fulan berkata " Ya Allah jika memang dia adalah jodohku maka tolong jagalah hatinya untuk ku" Sedangkan Fulani mengatakan "Siapakah dirimu? Doa mu begitu kuat sehingga aku tidak memiliki rasa kepada siapapun ".
Pecinta tidak akan tinggal diam ketika yang dicinta tidak lagi berada disampingnya. Dalam hal ini doa menjadi sebuah jembatan untuk dua hati yang tidak lagi saling berjumpa. Dualisme cinta memberikan banyak kebahagiaan sekaligus rasa sakit yang pada hakikatnya rasa sakit itu adalah kenikmatan yang terbalut cinta. Cinta begitu ganas, cinta mampu membolak-balikan hati seseorang dan mengendalikannya. Tidak perduli seberapa sering pecinta tersakiti oleh yang dicinta, ia akan tidak pernah mengutuknya.
Kenangan cinta pertama yang dialami oleh penulis menjadi alasan utama tulisan ini dibuat. Wanita yang dicinta telah diculik oleh jarak dan dibius oleh laki-laki bedebah yang kini telah meniadakan rasa didalam hatinya. Laki-laki itu telah menyutikan obat baal ke hati wanita tersebut. Sehingga saya kini berusaha payah menghidupkan organ yang mati rasa tersebut. Perpisahan dengan orang yang dicinta itu bukan tanpa alasan. Dia, seandainya membaca tulisan ini. Secara tersirat ada sebuah maksud yang ingin disampaikan. Yang tidak mampu diucapkan oleh lisan, tetapi diharapkan oleh hati. Akhirnya begitu malam telah tiba, tempat terbaik untuk menghabiskan waktu bersama mu adalah mimpi...
Duhai bintang yang menerangi gelap malam. Izinkanlah cahayamu menyinari sanubariku. Supaya orang-orang tahu bahwa didalam hatiku masih ada namamu..
Duhai sang rembulan yang agung. Janganlah engkau pergi. Biarlah kehadiran mu menjadikan hari gelap. Karena tidur adalah pintu ajaib aku bisa berjumpa dengannya...
Duhai angin yang menerbangkan daun. Berikanlah tumpangan pada rindu yang menjamur ini. Bawalah dan terbangkan lah pada semesta. Bahwa cintaku tak pernah sirna...
Cinta pertama kini hanya menjadi figur disetiap sajak ku ini. Kata yang dirangkai, kalimat yang terhubung sudah cukup jelas melukiskan rasa cinta ku. Ia sedang haha hihi diatas tanah kuburan masa lalunya itu. Walaupun aku tahu ia sudah menghapus catatan terakhir perpisahan kita. Tapi siapa yang dapat membendung cinta yang fitrah ini? Ia begitu deras menghujani teras rumah ku. Bahkan sampai airnya masuk kedalam dan membasahi pipi kanan dan pipi kiri. Lagi-lagi seandainya apa yang dikatakan oleh bocah gembala waktu itu. Engkau diam-diam mencari catatan akhir kita, andai hal itu benar-benar terjadi. Akan ku persembahkan sebuah kertas untuk kita menulis kembali.
Cinta pertama begitu kuat. Niat untuk rela mengikhlaskan tapi sulit untuk dilupakan. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah aku telah menghidap obesitas cinta. Tuhan begitu baik sehingga menjaga hati mu dengan cara yang hebat. Keadaan yang telah engkau ciptakan telah menyucikan hati mu dan menghantarkannya pada kesunyian. Tapi tolong izinkanlah aku bisa menemani mu, tidak apa aku menjadi nyamuk dalam kebahagiaan mu itu. Cinta lah yang membuat semua ini terjadi. Jangan mengira aku sejauh ini hanya bermodal cinta. Apakah engkau baru mengenal ku? Jangan tanyakan apa alasan ku masih mencintai mu. Sungguh cinta tidak membutuhkan alasan. Percuma saja kau tanyakan dan mencari jawaban yang sudah jelas tidak ada. Fokuslah pada kesungguhan ku ini. Tidaklah engkau melihat tulisan panjang ini hanya mengisahkan dirimu seorang. Apakah engkau belum mngetahui kesendirian ini hanya untuk mengagungkan jiwa mu seorang? Dengan cara apa agar engkau bisa menerima dan membaca tulisan ku ini.
Ada banyak saksi atas bagaimana perasaan ku terhadap mu. Aku tahu ini bukan soal engkau yang mau menerima atau tidak. Tetapi laki-laki yang pernah kau kenal itu, telah banyak melukaimu, melukai hati mu. Sehingga engkau beranggapan aku tidak ingin terjatuh pada lubang yang sama. Tetapi setidaknya kau harus tahu mana orang yang hanya menatap dan mana orang yang sungguh ingin benar-benar menetap. Kalau kau tahu kedua jempol ku ini menangis saat membuat kata kata ini. Bukan hanya karena kecapean, tetapi ia juga menyaksikan bagaimana kalimat yang disampaikan kepada mu hanya dibalas dengan stiker. Tidak kah engkau kasihan pada jempol ku yang rela mengetik huruf demi huruf hanya untuk bisa berhubungan dengan mu. Semua tubuh ku kini hanya memikirkan diri mu. Sedang apa, lagi dimana, sudah makan belum, besok mau kemana. Benar-benar hal yang dirindukan boleh jempol ku.
Realita memang tidak bisa dipaksakan, namun doa mampu mengejawantahkan keinginan. Cintaku ku ini bukan lagi soal air dengan minyak tetapi lebih dari itu mengecat diatas es batu. Sangat mustahil. Sampai pada hari ini engkau bisa menyaksikan bagaimana diri ku bercerita membanggakan diri mu. Kertas yang telah dipenuhi dengan kata, pulpen yang mulai kehabisan tinta. Semua itu tidak akan cukup untuk menuliskan kisah mu. Engkau harus tahu tulisan ini adalah sebuah keresahan dari mimpi ku akhir-akhir ini. Andai mimpi itu benar-benar terjadi. Tulisan ku akan lebih berwarna, tidak hitam putih seperti ini. Semua cerita ku tidak akan mengandung pilu. Untuk diri mu yang kini tengah berjuang di negeri orang. Engkau begitu bahagia berkumpul dengan kedua orang tua mu. Semoga bahagia itu menular ke hati ku.
Aku meyakini engkau adalah orang baik. Sangking baiknya engkau mau menerima boneka yang aku kirim pada saat itu. Nasab mu juga orang baik-baik, dan itu sudah cukup untuk meyakinkan diri ku. Aku begitu berharap engkau mampu melihat perasaan ku lebih dalam, menyelami nya lebih jauh. Aku ingin engkau dan aku bisa melihat satu sama lain dan menjalin berkomitmen bersama. Tapi mungkin itu terlalu cepat. Aku melihat dari jauh tubuh mu letih, pundak mu berat memikul semua harapan itu. Apakah engkau tahu? Kita saat ini sama. Apalagi yang kau cari dari mereka. Bukankah membahagiakan orang tua adalah tujuan utama. Jika sekarang kau merasa beban yang dipundak mu begitu berat. Ceritalah..
Apakah engkau tahu gelas yang diisi air lama kelamaan akan terasa begitu berat jika kau pegangi selama 2 jam. Apa menurut mu berat dari gelas itu bertambah? Tentu tidak. Maka dari itu itu letakkanlah gelas itu diatas meja sejenak.
Begitupun beban yang tengah engkau hadapi. Hei, disampingmu ada laki-laki yang rela siang malam mencari nafkah untuk anak-anaknya. Dia adalah bapak mu. Ceritlah apa yang tengah kau rasakan. Jangan terlalu memendam dan berfikir akan menyelesaikan ini semua sendirian. Letakkanlah gelas itu diatas meja, letakkanlah masalah itu pada orang yang kau anggap tepat. Ceritalah...
Disini ada seseorang yang disetiap mimpinya selalu bertemu dengan mu. Menjalani hari-hari bersama mu. Tetapi itu hanya mimpi, akan menjadi tidur yang teramat panjang jika aku menginginkan dirimu untuk selamanya. Izinkanlah keinginan itu terwujud. Aku berharap padamu, sebab hanya kau lah yang mampu membantu ku. Sampai pada hari yang indah itu terjadi, aku hanya ingin mengatakan semoga Tuhan mempertemukan kita dalam keadaan yang baik. Semoga engkau tidak bisa membaca dan mendengarkan celotehan ku ini. Maaf apabila tulisan ini terlalu panjang. Sejatinya ada hal-hal yang tidak ingin selesai didunia ini. Yang pada hari ini tengah ku perjuangkan lewat doa-doa ku ini.
Tulungagung 27,09,22
Komentar
Posting Komentar