Pada malam selasa kemarin, saya berkesempatan mengikuti pangaosan (pengajian) rutin yang diselenggarakan oleh warga Dusun Ngrancangan, Gurah, Kabupaten Kediri. Acara tersebut diisi oleh tokoh agama setempat, beliau adalah Gus Hafidz. Acara dimulai pukul 19.20 WIB dibuka dengan pembacaan tahlil dan doa bersama, kemudian dilanjutkan dengan kajian tafsir surat Al-'Asr oleh Gus Hafidz dan ditutup dengan doa oleh beliau. Pada saat itu waktu menunjukkan sekitar pukul 21.10 WIB.
Dalam kajiannya, Gus Hafidz menyampaikan bahwa pada tanggal 10 muharam umat Islam di berbagai daerah berlomba-lomba melaksanakan ibadah sunah seperti puasa, sedekah, menyantuni anak yatim, bahkan ada yang bersedekah dengan membuat Jenang Suro. Jenang Suro dipahami melambangkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Gus Hafidz juga menambahkan bahwa Jenang Suro juga merupakan media untuk meminta rezeki.
Namun pada kesempatan ini, tulisan tidak akan membahas soal filosofi Jenang Suro, tapi membahas soal kajian tafsir surat Al 'Asr. Pada kajian surat tersebut, Al 'Asr yang artinya masa atau waktu, Gus Hafidz mengaitkannya dengan peristiwa 10 muharram. Berdasarkan dakwah beliau, ada tiga peristiwa besar yang berhasil dicatat, yang mana kejadian tersebut menunjukkan rahmat Allah SWT yang begitu besar.
Pertama, diterimanya tobat Nabi Adam. Tanggal 10 muharram menjadi waktu yang bersejarah saat diterimanya taubat Nabi Adam setelah diusir dari surga karena memakan buah khuldi. Seperti yang kita tahu Nabi Adam dan Siti Hawa diturunkan di dua tempat yang berbeda. Dan setelah 40 tahun saling mencari, akhirnya mereka dipertemukan di Padang Arafah, atau tepatnya di Jabal Rahmah pada hari kesepuluh bulan muharram.
Kedua, Nabi Yunus Keluar dari Perut Ikan Paus. Gus Hafidz mengisahkan dalam perjalanan dakwahnya Nabi Yunus kerap sekali digojlok atau diolok-olok oleh kaumnya sendiri. Singkat cerita Nabi Yunus mengalami fase dimana ia pergi dari kaumnya dan ikut bersama dengan penumpang kapal yang hendak bertolak. Ditengah perjalanan ia dilemparkan ke laut karena kapal yang ditumpangi oleng dan harus mengurangi beban muatan dengan membuang salah satu penumpangnya, dan dalam hal ini Nabi Nabi Yunus menjadi tumbal.
Disinilah Nabi Yunus di buang ke laut dan ditelan ikan paus sehingga ia harus bertahan di dalam perut ikan selama 40 hari. Gus Hafidz menjelaskan selama itu, Nabi Yunus telah mengalami gelapnya malam, gelapnya dasar lautan dan gelapnya perut ikan. Namun karena ia terus beristighfar kepada Allah SWT alhasil pada hari kesepuluh Muharram Nabi Yunus dimuntahkan dari perut ikan dengan keadaan sehat wal afiat.
Ketiga, perahu Nabi Nuh terangkat banjir. Yang terakhir, Gus Hafidz menjelaskan peristiwa banjir bandang pada zaman Nabi Nuh. kapal Nabi Nuh pada bulan muharram berlabuh di bukit Zuhdi dengan selamat setelah seluruh isi bumi ditenggelamkan oleh air atas seizin Allah SWT. Berlabuhnya kapal Nabi Nuh itu berhasil setelah melalui banjir bandang yang menenggelamkan hingga membinasakan banyak makhluk hidup terutama mereka yang tidak beriman kala itu. Gus Hafidz menuturkan bahwa umat islam harus bersyukur bisa bertemu bulan muharram, sebab dari berbagai peristiwa di bulan muharram. Bulan ini menjadi bulan yang penuh akan ramhat dan kasih sayang Allah SWT.
Komentar
Posting Komentar