Bulan ramadhan menjadi bulan yang sangat istimewa. Pada bulan ini kitab suci Al-quran diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad. Dalam rangkaian ayat-ayat yang berbicara tentang puasa, Allah menjelaskan bahwa Al-quran diturunkan pada bulan ramadhan. Turunnya Al-quran terjadi pada malam qadar, sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada Lailat Al-Qadr. Malam lailatul qadar dikatakan sebagai malam yang menurut alquran lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu para malaikat dan penghuni langit turun ke bumi silih berganti atas seizin Allah, dan akan terasa kedamaian sepanjang malam sampai terbit fajar.
Bulan Ramadhan juga merupakan bulan yang penuh kebaikan, semua amal ibadah yang kita lakukan ganjarannya akan berkali-kali lipat dari bulan biasanya. Khususon di bulan ramadhan amal kebaikan umat Islam akan dibalas dengan berkah pahala yang berlipat ganda, bahkan apabila kita menjalani puasa dengan sempurna sampai satu bulan penuh, ketika hari lebaran datang insyaallah kita akan bersih dari dosa seperti bayi yang baru dilahirkan. Maka sudah sepatutnya kita sebagai umat muslim tidak melewatkan bulan ramadhan ini dengan kegiatan yang sia-sia.
Mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan bulan ramadhan merupakan nikmat yang luar biasa. Kebahagiaan bisa berjumpa dengan bulan ramadhan patut kita syukuri dengan menjalankan amalan kebaikan dengan penuh semangat dan niat mendekatkan diri kepada Allah. Euforia bulan ramadhan bukan hanya pada aspek lahiriyah saja, tapi juga harus menyentuh pada wilayah batiniyah dan mengisinya dengan amalan-amalan yang bernilai kebaikan. Sungguh kita menjadi seorang yang rugi apabila melewati bulan ramadhan dengan biasa-biasa saja tanpa ada perubahan yang lebih baik.
Tidak terasa kita sudah memasuki hari ke 12 di bulan ramadhan. Idealnya sebagai bulan yang penuh kebaikan, kita perlu meningkatkan intensitas ibadah lebih baik lagi. Rutinitas selama bulan ramadhan seperti sahur, puasa, meramaikan mushola atau masjid dengan tadarus alquran selepas tarawih, mengikuti kajian turast / kajian islami, belajar mengaji, dan lain sebagainya harus terus berjalan. Beberapa kegiatan tersebut sering kita temui selama bulan ramadhan di sekitar area tempat tinggal. Namun dari amaliyah di atas yang menjadi pertanyaan adalah selama 12 hari bulan ramadhan, amaliyah apa yang sudah kita kerjakan? Apakah kita selama ini masih terbelenggu pada euforia aspek lahiriyah saja? Dan apakah kita hanya sebatas menjadi penonton dari keindahan itu ? Saat masih kecil, kita selalu diingatkan atau diajak oleh teman atau orang tua untuk melakukan kegiatan seperti di atas. Tapi pada saat sekarang apakah keadaannya masih demikian?
Sebagai orang yang tengah berkelana, jauh dari orang tua dan keluarga. Kita sering kali luput untuk mengingatkan diri sendiri. Suasana hidup yang cenderung bebas tanpa perhatian orang tua secara langsung menjadi celah bagi kita untuk bisa mengontrol diri. Atau kata orang Jawa bilang " kudu bisa nggawa awak dewek ". Nasihat tersebut harus menjadi pegangan supaya seseorang bisa survive di manapun tempatnya berada. Dalam bulan ramadhan ini kebiasaan kebiasaan positif yang mungkin dulu sering kita lakukan saat ramadhan, kini satu persatu sudah mulai ditinggalkan. Mengapa demikian, jawabannya cuma satu yakni malas, yah betul. Kita selama ini gagal mengontrol diri dan cenderung mengikuti apa yang kita inginkan bukan apa yang kita butuhkan. Kita selalu terlena oleh dinamika dunia yang hedonis sehingga melupakan bulan agamis. Jika hal ini tidak segera kita batasi dengan amaliyah amaliyah bulan ramadhan, maka kita akan tenggelam pada arus utama duniawi. Ibarat dalam sebuah tulisan bulan ramadhan adalah tanda koma (,) atau jeda dari hiruk pikir dunia. Seindah apapun huruf terukir, apakah bisa dimengerti jika ia tak ada spasi? Apakah ia bisa bermakna jika tak ada jeda?. Sama halnya dengan seindah apapun hidup yang kita miliki, apakah bisa bermakna jika tidak ada jeda? Apakah bisa dimengerti jika tidak ada spasi? Oleh sebab itu, muhasabah menjadi penting agar seseorang mampu mencari jalan untuk memahami dan memaknai dunia yang fana ini.
Di malam yang ke 13 ini kita harus melakukan mahasabah dan instrospeksi. Berkontemplasi dan bertanya apa sebetulnya yang lupa dari kita selama ini. Dalam sebuah jurnal hukum islam dikatakan bahwa manusia itu berpotensi untuk menjadi lebih baik. Maka mari kita gali bersama-sama potensi tersebut. Mumpung masih dipertemukan dengan bulan ramadhan, mumpung masih dipertengahan bulan ramadhan dan kita masih diberikan umur. Jika kita hanya melewati bulan ramadhan seperti biasa saja, begitu sangat disayangkan momentum ini selesai. Lebih lagi jika kita sudah baligh, suatu hari kita akan menjadi contoh bagi anak. Bagaimana kemudian kita bisa membawa diri kita pada jalan kebaikan jika untuk sholat tarawih yang satu bulan dalam setahun saja sulit, sahur jam 3 pagi tapi tidak melaksanakan sholat subuh, melakukan puasa tapi ucapan tidak dijaga, puasa tapi meninggal sholat lima waktu, puasa tapi tidurnya sampai sore, berburu takjil gratis sampai lupa sholat magrib dan masih melihat wanita joget joget di Tiktok. Sebetulnya apa yang kita cari dan kita kejar di bulan ramadhan ini?
Komentar
Posting Komentar