Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2023

Sebuah Puisi : Ujung harap ku

Pada ujung harap ku yang mulai layu Kau menjadi bunga yang mekar kemayu Berdansa bersama angin dan menyelinap di sela sela qalbu Pada ujung harap ku yang mulai layu Kau menjadi taman yang penuh ambigu Menghipnotis kedua mata hingga berubah menjadi biru Pada ujung harap ku yang mulai layu Kau menjelma layaknya dunia baru Untuk setiap rasa yang masih abu-abu Pada harap ku yang mulai layu Kau menjadi alasan ku menunggu waktu Untuk menemukan kata qobiltu Tulungagung,26/02/23

Bersedekah Dalam Bermuamalah

Pada awal bulan Februari lalu, saya kembali menginjakkan kaki di kota yang dikenal sebagai kota penghasil marmer di Jawa Timur. Yaps betul sekali kota Tulungagung. Sudah beberapa kesempatan saya bolak-balik lintas provinsi Jawa Barat - Jawa Timur karena tuntutan kuliah. Memang tidak ada yang berubah dari kota satu ini ketika pertama kali melihat kota Tulungagung secara langsung pada waktu masih semester tiga hingga saat ini sudah semester enam rasanya masih tetap sama. Yah memang betul, tidak ada yang berubah dari kota tulungagung kecuali satu hal, yakni kedai yang berada disamping penjual Bakso Begadang di depan kampus. Mengapa saya katakan demikian, sebab ada hal menarik yang saya alami dan akan saya ceritakan lewat tulisan ini.  Kedai si "AA" merupakan warung makan yang cukup diminati oleh mahasiswa. Hampir setiap hari kedai satu ini tidak pernah sepi. Berlokasi di depan kampus UIN SATU Tulungagung dan berada di tepi jalan raya yang sangat strategis membuat ked...

Puisi : Jiwa yang berharap

Langit yang mendung Udara yang dingin dan Suara rintik hujan lama menyaksikan Bertengger di atas benak, jiwa yang dirasuki kegelisahan Suasananya membawa ku pada dunia penuh warna Yang hari ini pernak-pernik itu tertutup oleh dilema Apakah semua harap ini murka?  Berduyun-duyun memasuki rumah Hingga benak ku terpecah-belah Harap memaksa ku merasakan hirup Masuk ke dalam qalbu dan menyebar menyamarkan ragu Apakah ini tidak terasa rancu?  Berseliweran di atas langit kelabu Mata yang berkaca menghiasi dalam perpisahan Menyempurnakan hati yang ditikam kerinduan Ku bawakan harap pada kalian Semoga Tuhan mengabulkan Tulungagung, 9/02/23

Kilas Balik Nasehat Sang Guru

Lebih kurang satu minggu lalu, saya kembali bersilaturahmi di kediaman seorang ustad sepuh di kampung saya, Wanakaya. Kedatangan saya malam itu bukan tanpa alasan. Selain bentuk ta'dim seorang santri kepada guru, juga merupakan kebiasaan yang selalu saya budayakan. Kebiasaan saya ketika akan berangkat atau pulang dari perantauan adalah bersilaturahmi dengan keluarga dan guru ngaji. Adalah sebuah keharusan bagi umat muslim untuk selalu menjaga tali persaudaraan antar sesama. Hal ini yang betul-betul saya jaga. Selain bersilaturahmi, saya pun juga meminta doa dan wejangan kepada beliau. Mengingat besok setelah malam itu menjadi hari keberangkatan saya ke Tulungagung. Ustad Ali Masyudin merupakan salah satu tokoh agama di desa Wanakaya yang di sepuhkan. Kapasitas ilmu agamanya yang luas, membuat beliau tidak hanya dihormati oleh kalangan santri, tapi juga dihormati oleh para ustad muda di desanya. Bukan bermaksud sombong, bisa menjadi santri beliau merupakan kebahagiaan te...

Sebuah Puisi : Tangisan pendosa

Akankah terus terulang Pemuda lugu yang saat  azdan berkumandang ia kerap menghilang Pergi memasuki belantara untuk bertualang Matanya tajam seperti elang Otaknya cerdik seperti kancil namun  Sayang ia kehilangan arah pulang sebab hatinya tertutup ilalang Saat semua itu terjadi, kesadaran akan hilang Nafsunya tinggi menjulang mengendalikan tubuh sang tualang Saat itulah ia teringat bahwa Tuhannya maha penyayang Menengadah di tengah sepi yang berlalu lalang Matanya merah seolah perih terkena bawang, memang benar penyesalan muncul di belakang Dalam tangisnya ia mengenang, ketololan dan gayanya yang usang Membuatnya tenang Tapi itu hanya sesaat, sebab sang tualang bodohnya tak pernah hilang Akankah terus terulang Pemuda lugu saat adzan berkumandang ia selalu menghilang Jiwanya seperti binatang jalang Hatinya merintih tak pernah tenang Berteriak memohon diberikan petunjuk yang telah hilang Berharap supaya ia tenang saat pulang Tapi sekali lagi tololnya tak pernah hilan...