Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat. Ada banyak sekali hal yang belum saatnya diketahui sekarang perlu diketahui dan dipahami. Apa itu? Tentu jawabannya akan berbeda beda pada setiap orang. Tetapi bagi seorang mahasiswa tugas akhir yang dalam hal ini skripsi adalah suatu hal yang hanya bisa dijumpai dengan waktu. Yah betul, setelah diberlakukannya Kurikulum Merdeka Belajar. Semua mahasiswa harus menempuh pendidikan S1 selama empat tahun. Tidak boleh kurang tapi kalau lebih itu mungkin yang patut diambil hikmahnya. Artinya tidak ada lagi siapa yang lulus kuliahnya lebih cepat atau lulus 3,5 tahun dianggap hebat. Paradigma tersebut kini sudah tidak ada lagi setelah diterapkannya Kampus Merdeka Belajar.
Berbicara mengenai tugas akhir atau skripsi. Kini kamu mahasiswa angkatan 2019 pasti tengah sibuk mencari judul skripsi atau tengah menyusun proposal pengajuan judul skripsi. Dan bagi mahasiswa angkatan 2020 juga mungkin ada yang sudah curi start dari sekarang. Skripsi adalah sebuah karya ilmiah yang membahas suatu masalah atau bidang ilmu tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah ilmiah pada bidang tersebut. Proses pengajuan dan pengujian skripsi berbeda pada tiap-tiap mahasiswa. Sehingga kesan dan pengalamannya yang didapat juga berbeda.
Tujuan skripsi secara umum adalah untuk mengembangkan ilmu dari berbagai ilmu pengetahuan yang telah didapat selama menjalani masa perkuliahan. Tentu skripsi mendapatkan tugas membuat skripsi bukanlah perjuangan yang gampang. Kalau di kampus saya sendiri UIN SATU Tulungagung sebelum mendapat tugas untuk mengerjakan skripsi. Mahasiswa setidak harus menyelesaikan setidaknya sudah mengambil mata kuliah minat dan wajib lebih kurang 120 SKS (Satuan Kredit Semester). Selain dari pada syarat tersebut, seorang mahasiswa juga harus sudah memiliki menyelesaikan KKN, mempunyai sertifikat PPL dan lulus ujian komprehensif.
Namun jangan disangka bisa mengambil MK Skripsi hanya soal waktu. Sebab banyak juga mahasiswa yang sudah sampai tahap skripsi mereka terkendala banyak kendala. Untuk sebagai refleksi banyak pengalaman dan kesan para mahasiswa yang dibagikan melalui media sosial mereka. Dari banyaknya cerita tersebut saya mencatat beberapa hal yang menjadi pahit manisnya membuat skripsi. Mulai dosen pembimbing yang sulit dihubungi, pengajuan judul yang tidak kunjung di acc, dan tertipu jasa joki skirpsi, upss. Sebetulnya apabila kita berbicara mengenai faktor-faktor yang menghambat dalam membuat skripsi. Kita dapat membedakannya menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal bisa berupa kurangnya minat atau motivasi yang dimiliki mahasiswa dan kemampuan akademik yang kurang dalam mengkonversikan masalah atau ide yang ada. Sebaliknya faktor eksternal adalah masalah yang muncul dari lingkungan sekitar seperti pengajuan judul yang tidak kunjung di acc, sulitnya mencari sumber rujukan, dosen pembimbing yang sulit dihubungi, problem keluarga dan ekonomi.
Lantas kemudian dari semua masalah tersebut. Sebetulnya ada beberapa upaya yang bisa dimaksimalkan dari sekarang sebagai amunisi untuk menghadapi tantangan diatas. Betul bisa dipersiapkan dari sekarang? Apa sih dan bagaimana persiapannya?. Yah betul, menurut saya kita bisa memulainya dengan peningkatan bidang akademik. Tahukah kamu orang-orang yang bisa menemukan banyak opsi judul skripsi berawal dari kepekaannya terhadap suatu masalah dan mempunyai rasa ingin tahu mengenai penyelesaian masalah tersebut. Hal ini bisa dipicu dengan menjadikan membaca sebagai hobi. Semakin banyak membaca semakin banyak juga pengetahuan kan?.
Nalar kritis hanya bisa diaktifkan dengan kegiatan baca, baca, baca. Bagaimana menemukan judul skripsi maka kita akan berbicara tentang bagaimana mahasiswa dapat melihat alternatif yang bisa digunakan untuk memecahkan atau setidaknya menguraikan masalah tersebut. Kemampuannya untuk mengabstraksikan fenomena menjadi sebuah judul dan membuat rumusan masalah adalah cara mencari judul skripsi. Semua sensor ini hanya bisa diaktifkan dan terasah semakin tajam ketika seseorang gemar membaca. Maka kemudian kita tidak akan menemukan drama sulitnya mencari sumber rujukan untuk bahan skripsi. Sebab orang yang mempunyai pengetahuan luas akan selalu melihat segala sesuatu dari banyak sudut pandang. Sehingga hal ini akan memudahkan menyelesaikan skripsi nantinya.
Selain dari kemampuan akademik yang perlu disiapkan. Motivasi juga menjadi faktor penting seseorang dalam mengerjakan skripsi. Terutama bagi mahasiswa yang sudah semester delapan ke atas. Dari beberapa kasus yang saya temukan bahwa memang banyak sekali problem yang dihadapi mahasiswa tingkat akhir. Salah satunya saya ambil contoh ada mahasiswa yang mengalami masalah dalam keluarganya. Sehingga keadaan tersebut mempengaruhi pada fokusnya. Dan pada akhirnya proses pembuatan skripsi menjadi mangkrak. Ada lagi dimana seorang mahasiswa yang sudah masuk sementar sepuluh tapi judulnya belum juga di acc. Saya bukan bermaksud membicarakan aib orang lain atau kejelekan orang lain. Tetapi inilah gambaran dimana motivasi menempati posisi penting ketika mengerjakan skripsi.
Jika kalian merasa tulisan ini sedikit berlebihan atau terkesan menakut-nakuti ya bisa di skip aja. Tapi jika memang kalian sudah sampai membaca sampai kesini, sepertinya mubazir jika tidak diselesaikan. Walaupun saya atau kalian yang membaca belum memperoleh MK skripsi tapi setidaknya kita bisa melihat dan memiliki ancang-ancang bagaimana strategi kita untuk melangkah kedepan. Jadi pada intinya ada dua hal yang dapat dijadikan pegangan supaya tidak terjerumus pada hal-hal yang dapat menciderai karya skripsi kita yaitu ; pertama, meningkatkan kemampuan akademik. Dan kedua, memiliki motivasi yang tinggi. Tidak jarang karena kurangnya motivasi dan kemampuan akademik yang kurang diasah. Mahasiswa menjadikan jasa joki skripsi sebagai solusi terakhir. Mereka hanya berpikir bagaimana tugas ini bisa selesai. Bukan bagaimana tugas ini mampu mendidik dan membentuk karakter intelektualnya. Ada sebuah kata-kata indah yang saya ingat sampai sekarang.
"Mungkin kamu gagal dalam latihan, tetapi latihan itu tidak pernah gagal melatih kita".
Maksudnya ialah seberapa berat ujian yang kita hadapi sampai pada titik dimana kita ingin menyerah. Ada sebuah hikmah yang dapat diambil. Bahwa ujian tersebut sadar atau tidak, secara perlahan proses tersebut membentuk mental kita menjadi tangguh, kuat dan tidak cengeng. Maka sebagai bentuk intropeksi hendaknya memang perlu menjadikan proses sebagai pembelajaran yang sesungguhnya.
Komentar
Posting Komentar