Pada siang hari ini tepatnya hari selasa, 15 November 2022 telah dilaksanakan wisuda ke 33 UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Acara wisuda ini merupakan wisuda gelombang ke 3 dari rangkaian wisuda beberapa waktu lalu dan akan menjadi wisuda terakhir pada tahun 2022 ini. Sama seperti wisuda sebelumnya, peserta wisuda kali ini diikuti oleh 1600 sarjanawan dari S1 hingga S3. Seperti momen wisuda pada umumnya selepas acara selesai banyak mahasiswa mengabadikan momen tersebut dengan berfoto dengan keluarga, teman, dan orang-orang tersayang. Pada wisuda kali ini juga perkuliahan mahasiswa S1 sampai S3 dialihkan dari offline ke online atau dalam jaringan. Sehingga kampus tidak terlalu padat oleh mahasiswa yang mengikuti wisuda dan mahasiswa yang datang ke kampus untuk mengikuti mata kuliah. Penulis sengaja datang ke kampus untuk melihat kakak tingkat yang mengikuti wisuda dan mencari bahan untuk membangun tulisan ini. Selain itu, hadir secara langsung pada momen wisuda banyak hal-hal yang bisa ditemukan untuk mengispirasi tulisan berikutnya.
Momen kelulusan atau wisuda merupakan prosesi sakral bagi seorang mahasiswa. Dalam puncak acara wisuda mahasiswa akan dipanggil satu persatu naik keatas panggung. Kemudian tali toga akan dipindahkan oleh rektor dari kiri ke kanan. Ini mungkin hanya terjadi sekali seumur hidup. Dari perjalanan panjang selama empat tahun menempuh pendidikan, secara simbolis dikukuhkan dalam satu hari sebagai seseorang yang telah selesai menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Bukan hanya itu, pemindahan tali toga memiliki maksud tertentu yang jarang diketahui orang.
Pemindahan tali pada topi toga digambarkan sebagai otak. Kita tahu bahwa otak manusia terdiri dari dua sisi yaitu otak kiri dan otak kanan. Awalnya tali toga terletak di sebelah kiri. Ini mencerminkan saat kuliah mahasiswa menggunakan otak kiri yang berhubungan dengan materi dan hafalan. Lalu kemudian dipindahkan ke kanan oleh yang berwenang dengan harapan sarjanawan lebih menggunakan otak kanan yang berhubungan dengan daya imajinasi, kreativitas dan juga inovasi. Ini melambangkan bahwa sarjanawan diharapkan bisa memberikan manfaat untuk dirinya sendiri dan orang lain.
Saat tali toga sudah dipindahkan dari kiri ke kanan. Secara bersamaan telah disematkan juga gelar akademik dibelakang nama mereka. Gelar tersebut bukan semata-mata untuk menunjukan status sosial. Bukan juga supaya lebih di hormati. Atau bahkan menunjukan bahwa kita lebih pintar dari yang lain. Jauh dari itu secara langsung diberikan tanggung jawab moral kepada sarjanawan. Moral yang mencerminkan dan tidak bertentangan dengan ilmunya. Memiliki jiwa yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Dan tulus mengabdikan ilmunya kepada masyarakat sebagai bentuk rasa cinta kepada bangsa dan almamaternya.
Wisuda bukanlah tanda selesainya kuliah. Wisuda adalah pintu utama menuju ruang kelas baru, fakultas alam semesta di Civil Society Institutes. Sarjanawan akan dibebankan SKS yang tidak terbatas. Setiap detik adalah proses untuk belajar dan setiap detik adalah proses untuk berubah. Disinilah tempat belajar yang sesungguhnya, masyarakat sosial. Di dalam masyarakat orang tidak lagi melihat gelar, jabatan, gaji dan lain sebagainya. Tapi dalam fakultas alam semesta, mereka akan bertanya kamu bisa apa? Apa yang bisa kamu berikan setelah menyandang gelartersebut?. Artinya kita memang dipersiapkan sejak semester satu untuk bisa memberikan perubahan. Itulah peran mahasiswa yang konon katanya disebut sebagai agent of change. Selama kita masih bisa bernafas disitulah kita belajar, memahami dan mengamalkan. Inilah yang merupakan esensi dari pendidikan. Biarlah secara formal sekolah kita sudah selesai. Namun bukan berarti kita juga berhenti untuk belajar. Justru setelah lulus sekolah atau kuliah. Itulah hakikat media belajar sesungguhnya.
Pada akhirnya kita semua akan kembali kepada masyarakat. Tempat kita tumbuh dan berkembang. Bermukim dengan orang-orang yang beraneka ragam. Disana kita akan belajar dan mengajar dari fenomena dan rasa yang kita temui, dari hal-hal yang kita jumpai. Melihat berbagai sudut pandang orang dan kita dipaksa untuk berusaha bijak menyikapinya. Fakultas Alam Semesta juga kerap memberikan ujian yang tidak biasa. Mungkin umumnya sebelum ujian kita diberikan kisi-kisi oleh dosen. Di Fakultas Alam Semesta ujian tersebutlah kisi-kisinya, kita dapat mengambil hikmah dari peristiwa tersebut untuk lebih siap menghadapi ujian berikutnya. Jangan harap ada remedial disini, sekalipun ada kemungkinannya sangat kecil. Fakultas Alam Semesta hanya memberikan kesempatan satu kali. Setelah itu jangan harap bisa mengulang dan memperbaiki. Karena itu catatlah setiap ujian dan ambil hikmahnya sebagai kisi-kisi ujian berikutnya.
Tulungagung, 15 November 2022
Komentar
Posting Komentar