Menulis merupakan sebuah kegiatan yang tidak semua orang mampu atau mau melakukanya. Baik yang bergenre sastra maupun karya ilmiah. Keduanya memiliki tingkat kesulitan dan penyajian yang berbeda. Karya sastra adalah sebuah jenis tulisan yang di dalamnya kerap sekali terselip perasaan hati seorang penulis dan hanya bisa dipahami maksud dan tujuannya oleh orang tertentu saja. Gaya kepenulisannya banyak menggunakan kiasan. Tidak semua orang bisa membuat karya sastra. Selain karena kepiawaiannya mengekspresikan imaji dan perasaan, karya sastra juga melibatkan keberanian untuk mencurahkan isi hati. Tetapi bukan berarti pencipta atau penikmat sastra bersifat ekslusif. Dengan kegigihan dan kemauan yang tinggi untuk belajar, saya yakin semua bisa dilakukan termasuk membuat atau menikmati karya sastra.
Hal itu juga sama dan berlaku pada karya ilmiah. Karya ilmiah biasanya dibuat oleh kalangan akademisi. Yang dianggap keilmuannya sudah cukup dan bisa untuk ditugaskan membuat karya ilmiah. Sama juga dengan karya sastra, karya ilmiah tidak semua orang bisa menuliskannya. Selain persiapan intelektual, seseorang juga dituntut untuk bisa peka terhadap lingkungan, berinovasi dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Gaya kepenulisanya pun banyak menggunakan kata baku dan ilmiah yang tidak semua orang bisa memahaminya. Namun kembali lagi jika memang seseorang memiliki rasa ingin belajar tinggi, bukan tidak mungkin ia bisa melakukannya.
Baik karya sastra atau pun karya ilmiah keduanya sama saja. Dalam arti kedudukannya sama sebagai sebuah karya dan tidak ada kasta mana yang lebih tinggi dan mana yang rendah. Karya sastra juga bisa dikatakan sebagai karya ilmiah sebab tidak semua orang bisa membuat karya sastra. Begitu juga sebaliknya tidak semua orang bisa membuat karya ilmiah. Jika kita berbicara secara umum memang semua orang bisa membuat kedua jenis karya ini. Tetapi esensi dan rasanya belum tentu ada disetiap penciptaan karya sastra atau karya ilmiah seseorang.
Sebagai pembatas masalah. Di sini saya bukan ingin berbicara mengenai esensi dari karya sastra atau karya ilmiah. Melainkan bagaimana proses penciptaan dari setiap kata yang terbentuk dalam karya sastra atau karya ilmiah bebas dari typo. Dalam proses pembuatan kedua karya diatas tersebut. Memang sudah wajar apabila orang-orang mengalami typo atau salah ketik. Hal ini bisa terjadi karena banyaknya susunan kata yang ada di otak, tidak bisa diimbangi oleh kecepatan tangan saat mengetik. Atau bisa juga kita berpikir sudah menulis kata A dan bergegas untuk menulis kata B. Tapi tangan masih belum selesai menulis kata A sehingga hurufnya tidak beraturan.
Hal demikian sudah menjadi lumrah ketika sedang menulis. Sehingga kita selalu dianjurkan untuk selalu membaca dan melihat tulisan yang kita buat dari awal sampai akhir. Untuk melacak apakah ada typo atau tidak. Walaupun kelihatan kecil, typo merupakan kesalahan yang cukup fatal bagi seorang penulis. Karena orang akan menilai sesuatu dari hasil kerjanya, bukan prosesnya. Ada kalimat yang berbunyi "Hasil kerja mu mencerminkan kualitas pekerjaan mu". Sehingga ketika kita sedang menulis memang harus sekali melihat lagi dari atas sampai bawah jangan sampai ada typo. Salah satu contoh adalah tulisan ini. Kamu yang sedang membaca tulisan ini bisa saja menemukan sebuah typo. Itu mungkin sekali.
Tetapi terlepas dari itu semua jika kita maknai lebih dalam lagi. Typo atau salah ketik adalah bagian dari proses seseorang. Dari yang awalnya tidak bisa menjadi bisa. Yang awalnya tidak mau menjadi mau, dari yang malas menulis kini mulai rajin menulis dan banyak lagi. Typo itu hal yang sudah biasa apalagi seorang seperti saya ini kerap kali terdapat typo pada setiap tulisan yang saya buat. Bahkan orang yang sudah dikatakan jam terbangnya cukup lama di bidang kepenulisan bisa saja melakukan typo. Saya meyakini jika sebuah tulisan tidak dicek ulang sebelum di upload sudah dipastikan akan banyak typo atau kalimat yang tidak nyambung. Mungkin yang terakhir tidak berlaku bagi para senior.
Pada intinya selalu berproses dan mengevaluasi setiap pekerjaan yang dalam hal ini tulisan itu perlu. Bagaimanapun kesalahan yang telah dibuat karena lahir dari sebuah proses adalah pengalaman yang berharga. Seseorang tidak akan menjadi baik apabila ia tidak mengetahui apa yang buruk. Seseorang secara intuisi memiliki nalar untuk berubah menjadi yang lebih baik. Maka semakin sering kita belajar menulis, semakin sering kita menemukan kesalahan dan kekurangan. Sadar atau tidak kita telah selangkah lebih maju dari dari hari kemarin. Semakin banyak kita mengetahui kesalahan dan kekurangan pada diri kita, maka potensi untuk menjadi lebih baik pun akan semakin besar. Terimakasih dan Selamat pagi. 🌄🙋
Komentar
Posting Komentar