Di minggu pertama sebagai mahasiswa, keputusan yang diambil akan memiliki pengaruh besar. Dari beberapa situasi, ini merupakan masa yang sulit. Semuanya merindukan rumah, orang tua, merasakan stress. Belum lagi berinteraksi dengan orang-orang yang baru kita kenal. Kita dituntut oleh keadaan untuk bisa beradaptasi dan bersosialisasi dengan lingkungan. Orang yang introvert kemungkinan besar akan kesulitan melewati masa-masa tersebut. Jadi membiasakan diri dan berbaur adalah cara berpikir alternatif menangani situasi ini. Akan tetapi hal ini juga akan pudar seiring berjalannya waktu. Jadilah diri sendiri dan selalu berpikir optimistis, sebab bisa jadi apa yang kita rasakan juga dirasakan oleh orang lain.
Saat masih kuliah kita boleh berandai-andai dan menerka-nerka masa depan. Setelah lulus dan memperoleh gelar, barulah orang menghadapi realita yang sesungguhnya. Realita terkadang memberikan kejutan berbeda dengan rencana. Realita dan rencana tidak seperti kepala dan ekor yang selalu berjalan satu arah. Ketika masih menjalani masa pendidikan, seseorang mengambil jurusan A dan kemudian setelah lulus, bekerja tidak sesuai dengan jurusannya saat kuliah. Memang tidak bisa kita pungkiri ada juga sarjana yang bekerja sesuai dengan jurusan yang ia geluti. Tetapi tulisan ini akan mengarah pada fenomena dimana seorang sarjana yang bekerja tidak sesuai dengan jurusannya saat kuliah.
Pada tahun 2021 lalu Kemendikbud Nadiem Makarim menyampaikan 80 persen sarjana tidak bekerja sesuai dengan jurusan kuliahnya. Dan berdasarkan data hanya 27 persen lulusan perguruan tinggi yang bekerja sesuai dengan ilmu yang digeluti semasa kuliah. Ini menandakan jika kita melihat fakta lapangan, saat mencari kerja fresh graduate tidak hanya bersaing dengan orang-orang yang lulusan dibidang ilmunya melainkan juga dengan orang-orang dari berbagai bidang ilmu. Menanggapi problem tersebut bagaimana seharusnya kita mempersiapkan diri untuk menghadapi persaingan dunia kerja. Apakah nilai IPK yang tinggi menjadi jaminan seseorang akan memperoleh pekerjaan bagus dan sesuai dengan jurusannya. Belum tentu..
Kuliah saja tidak cukup. Pada umumnya seorang mahasiswa akan wajar dihadapkan dengan mata kuliah dan tugas yang diberikan oleh dosen. Akan ada banyak juga kita temui tipe-tipe mahasiswa yang bisa dilihat dari bagaimana ia kuliah dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen. Tetapi terkadang seiring bertambahnya semester, bertambahnya SKS kerap membuat mahasiswa kewalahan memenuhi kewajibannya tersebut. Sehingga hal ini cukup menyita waktu untuk dapat belajar di luar kelas. Mengikuti berbagai event dan organisasi adalah jalan alternatif beberapa mahasiswa untuk mengembangkan kemampuannya di luar bidang akademik. Dengan mengikuti macam-macam event dan organisasi. Sadar atau tidak mahasiswa sedang melatih kemampuan komunikasi, problem solving, menejemen waktu, leadership dan lain sebagainya. Di dalam kelas ia memperoleh kemampuan akademik dan di luar kelas hard skill dan soft skillnya terasah. Tetapi ada juga mahasiswa yang hanya kuliah pulang kuliah pulang. Atau dikenal dengan istilah mahasiswa Kupu-kupu. Mahasiswa semacam ini ia hanya mengikuti mata kuliah, mengerjakan dan mengumpulkan tugas saja. Setelah itu pulang dan beristirahat di kos-kosan atau kontrakan atau juga keluar untuk bermain dengan temannya.
Terlepas dari fenomena tersebut diatas sebetulnya apa yang hendaknya perlu disiapkan oleh seseorang atau fresh graduate yang akan memasuki dunia kerja. Dari banyaknya beredar video informatif mengenai tips-tips melamar kerja. Saya merangkum beberapa poin yang menjadi kemampuan penting yang harus dimiliki seseorang termasuk mahasiswa sebagai persiapan menghadapi dunia kerja. Pertama, kemampuan berkomunikasi, kedua kerja sama tim, dan ketiga problem solving. Pertama kemampuan berkomunikasi, kemampuan ini sebetulnya sudah terlatih dari lingkungan perkuliahan itu sendiri. Presentasi, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan menjadi moderator merupakan medan latihan untuk mengasah kemampuan berkomunikasi. Tetapi hal demikian tidak semuanya mahasiswa serius menggeluti. Kita juga kerap menjumpai mahasiswa yang masih gelagapan ketika berbicara, lebih-lebih dihadapan publik. Hal ini seharusnya menjadi perhatian serius bagi mahasiswa. Seorang mahasiswa dapat dilihat dari cara bicara dan bagaimana ia menyampaikan pendapat. Dan kemampuan ini juga sangat dibutuhkan dalam dunia kerja.
Kedua adalah adalah kerjasama tim. Kerjasama tim bisa dikatakan sebagai kolaborasi individu dengan individu lain dalam satu kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Contoh sederhananya bisa kita lihat dalam presentasi, biasanya dosen akan membentuk kelompok yang terdiri dari beberapa orang. Semua individu di dalam kelompok tersebut dituntut untuk bagaimana menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen. Apabila orang-orang yang ada di dalamnya tidak bekerja sam atau tidak memiliki tujuan yang sama. Sudah dipastikan tujuan itu tidak akan tercapai. Atau hanya memikirkan diri sendiri. Ketiga adalah problem solving atau kemampuan mencari solusi. Pernah melihat seorang penyaji dalam sebuah presentasi terdiam setelah diberikan pertanyaan oleh audiens? Kemudian ia mengajak teman sekelompoknya berdiskusi untuk menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut. Proses inilah yang disebut sebagai problem solving. Dalam proses problem solving ada beberapa kemampuan lain agar tercapainya sebuah solusi seperti kemampuan mendengar, menganalisis, kreativitas, komunikasi, kerjasama tim dan kemudian pengambilan keputusan.
Terakhir, kita perlu menyadari bahwa kesempatan untuk menjadi seorang mahasiswa bukanlah kesempatan yang bisa dimiliki setiap orang. Tetapi orang-orang beruntung yang bisa menyandang status mahasiswa. Maka dari itu jika kita merasa termasuk dari orang beruntung tersebut, masa kuliah hendaklah menjadi momentum untuk menggali dan mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Apakah kita tidak melihat banyak di luar sana orang tidak melanjutkan pendidikannya sampai perguruan tinggi. Ada banyak faktor yang menghalangi diantaranya ekonomi, keluarga yang tidak setuju, keterbatasan waktu, dan masih banyak lagi. Namun pada akhirnya mereka yang bisa kuliah bukanlah orang yang pintar, bukan orang yang nilainya seratus, bukan juga orang yang menjadi juara kelas. Tetapi mereka yang sekarang ini bisa kuliah adalah orang-orang yang beruntung.
Komentar
Posting Komentar