Indramayu adalah sebuah Kabupaten yang terletak di provinsi Jawa Barat, tepatnya berdekatan dengan pantai utara pulau Jawa atau dikenal pantai Eretan oleh masyarakat setempat. Kabupaten Indramayu berjarak sekitar 52 Km barat laut Kota Cirebon, 144 Km dari Kota Bandung melalui Sumedang serta 205 Km dari Jakarta ke arah timur. Seluruh wilayahnya merupakan dataran rendah hingga pesisir. Ada sebagian daerah yang memiliki perbukitan terutama di perbatasan Kabupaten Sumedang yaitu Dusun Ciwado Desa Cikawung, Kecamatan Terisi, Indramayu. Dan sebagian wilayah Sanca, Kecamatan Gantar. Secara umum bahasa daerah yang digunakan masayarakat Indramayu adalah bahasa Jawa dan bahasa Sunda, yang digunakan oleh masyarakat Kecamatan Gantar dan tempat tinggal penulis yaitu Kecamatan Haurgeulis. Dijuluki sebagai kota mangga, Indramayu memiliki varian mangga hingga mencapai 12 jenis yang tersebar di seluruh penjuru wilayah. Dari banyaknya varian mangga tersebut ada salah satu jenis mangga yang menjadi ciri khas dari Kabupaten Indramayu yakni mangga Gedong Gincu. Rasanya yang manis asam membuat banyak orang jatuh cinta pada jenis mangga satu ini. Masyarakat yang juga mayoritasnya berprofesi sebagai petani menjadikan Kabupaten Indramayu sebagai salah satu lumbung padi nasional. Selain itu, masyarakat Kabupaten Indramayu juga banyak yang berprofesi sebagai nelayan seperti pada daerah pesisir utamanya.
Dalam pola hidup dan sistem budayanya masyarakat Indramayu masih memegang erat tradisi mereka sampai sekarang. Bukan hanya itu nilai-nilai seperti gotong royong masih bisa kita lihat dan rasakan disana. Seperti halnya masyarakat daerah saya di Desa Wanakaya Kecamatan Haurgeulis. Di desa saya itu terdiri dari masyarakat suku Sunda dan Jawa. Ada beberapa hal yang meyakinkan saya bahwa masyarakat Desa Wanakaya adalah masyarakat paguyuban yang masih menjunjung tinggi kebersamaan dan kesejahteraan bersama. Pertama, peduli saat tetangga mengalami musibah. Sudah menjadi kebiasaan yang baik umpanya ada keluarga yang tengah jatuh sakit, meninggal dan musibah lainya. Maka secara berbebondong-bondong tetangga dan sanak saudara akan pergi menjenguk keluarga yang terkena musibah tersebut. Sekedar untuk mengetahui musibah apa yang menimpa, berbela sungkawa dan mendoakan yang terbaik. Kedua, suka dolan (berkunjung) atau nimbrung saat ada orang yang berkumpul di teras rumah. Bukan masyarakat Jawa namanya jika tidak suka dengan majengan (begitu sebutan didaerah saya), lebih-lebih jika ada rumah yang diteras rumahnya tengah ramai dikunjungi tetangga. Bukan soal ingin menyampaikan kabar penting melainkan hanya sekedar berbincang santai dan bersilaturahmi. Namun kadang orang itu datang tidak tahu waktu. Pernah suatu saat ada orang berkunjung kerumah jam lima sore dan bahkan sampai kumandang azdan magrib orang itu belum saja pergi.
Ketiga, bertegur sapa saat berpapasan di jalan. Bertegur sapa dengan teman atau orang yang kita kenal saat berpapasan dijalan sudah menjadi hal biasa. Tapi apa jadinya apabila kita bertegur sapa dengan orang yang sebelumnya belum kita kenal? Hal ini kerap saya alami sendiri seperti memberikan senyum. Dan spontan saya membalasa senyuman itu. Terlihat sedikit aneh, namun budaya nya memang seperti itu. Mungkin inilah yang tidak didapatkan oleh masyarakat perkotaan. Keempat, gemar berbagi. Di Kabupaten Indramayu ada sebuah tradisi yang sering dilakukan warganya saat rebo wekasan tiba yakni membuat kue apem atau cimplo. Tujuanya adalah untuk menolak bala dan bersedekah kepada orang-orang. Sama halnya waktu itu yang dilakukan oleh Ibu saya. Saat memiliki rezeki lebih biasanya Ibu membuat kue apem dan membagikanya ke sanak saudara dan para tetangganya. Dan yang kelima, Kompak. Saat sebuah keluarga akan melaksanakan hajatan, menikahkan atau mengkhitankan anaknya. Maka seraya berbondong-bondong masyarakat sekitar rumahnya akan turut membantu dari awal sampai akhir. Bukan hanya itu saat ada orang yang meninggal dunia masyarakat akan ikut membantu dalam prosesinya sampai jenazah itu dikebumikan.
Kesimpulanya masyarakat Indramayu terdiri dari dua suku yakni suku Sunda dan suku Jawa. Suku Sunda tersebar diwilayah Kecamatan gantar dan Kecamatan Haurgeulis. Kebudayaan dan tradisi yang masih dipegang serta dirawat masyarakat Indramayu membuat gotong royong menjadi kebiasaan yang tidak lekang oleh waktu. Sehingga ciri dan kebiasaan masyarakat paguyuban tumbuh subur disana. Selain itu mayoritas pekerjaan yang homogen yaitu nelayan dan petani membuat solidaritas mekanis masyarakat indramyu semakin kuat. Dalam hukum yang berlaku pun masyarakat Indramayu bisa dibilang gemar main hakim sendiri. Pernah ada sebuah kejadian maling motor yang mencuri motor petani sampai dibakar hidup-hidup. Ini mengindikasikan bahwa masyarakat Indramayu memiliki corak hukum represif. Dan dari lima kebiasaanya diatas menunjukan hubungan antara individu dengan individu masih sangat kuat. Maka inilah corak masyarakat paguyuban Desa Wanakaya Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu.
Tulungagung, 11 September 2022
Komentar
Posting Komentar